MIRIS : HAMPIR AKU TAK PERCAYA SEDANG BERADA DI NEGERI MAYORITAS MUSLIM

Aulia, korban diskriminasi jilbab
Aulia, korban diskriminasi jilbab


Kemarin, 22 Desember 2016 menjadi hari yg sangat ditungu-tunggu oleh seorang santriwati dari Smpit Harapan Umat Ngawi. Hari itu adalah hari kejuaraan Karate se-Jatim yang diselenggarakan di GOR Magetan. Auliya nama santriwati itu. Siang malam ia berlatih sekuat tenaga. Berangkat latihan pagi pagi sekali, lalu pulang menjelang dzuhur. Istirahat sejenak lalu pergi latihan lagi, dan baru kembali pulang jam setengah sembilan malam. Setiap hari. Dia berharap, tanggal 23 kemarin bisa menjadi sejarah yang akan mengukir namanya dalam jajaran juara Karate.
Namun saat hari itu tiba, saat ia sudah siap bertanding dengan seragam karate gagahnya, seorang juri menyuruhnya melepas JILBAB nya. Ia tak dibolehkan mengikuti pertandingan dengan jilbabnya. Tersentaklah ia. Bergejolak pertandingan yang sangat hebat dalam hatinya. Bertanding mengejar mimpi atau mempertahankan JILBAB nya, izzah ke-Islaman nya...
Latihan gigihnya selama ini... Impiannya... Akankah menguap begitu saja...
Peserta yang lain, yang sebelumnya berjilbab, mulai melepas JILBAB nya satu persatu... Tapi anak itu....
Perlahan, dengan air mata menggenang di pelupuk, ia melangkah meninggalkan arena pertandingan. Ia telah memenangkan pertandingannya, pertandingan mempertahankan izzatul Islam....
Aku yang merekam semua itu dengan mata kepalaku, hampir tak percaya. Sebelumnya aku hanya mendengar seperti ini dari berita. Tp kali ini, hadir dengan nyata di depan mata. Ini negeri mayoritas Muslim! Ada apa dengan JILBAB?
Kawan2... Yang beramanah menjadi Pendidik... Mari tanamkan IZZAH ISLAM sedalam dalamnya dalam hati anak2 kita. Hingga esok lagi, tak ada lagi seorang muslim yang menjual IZZAH nya demi sekeping medali..
SUMBER

update kronologis :
   
Kronologi Kejadian:
 

Kamis 22 Desember 2016
1.    Pada pertandingan Kata Beregu Kadet – Junior Putri yang membuahkan perak untuk kontingen SMPIT Harum, setelah penyerahan medali baru ditegur tidak boleh pake Jilbab.
Jumat, 23 Desember 2016
2.    Pertandingan Kelas + 35 Kg Kumite perorangan Putri mulai dari Wasit, Juri dan Arbritator tidak mepermasalhkan pemakaian hijab oleh ananda Andina dan Honey,(setelah dua anak ini ganti jilbab ninja)
3.    Pada Kelas Pertandingan – 35 Kg Kumite Perorangan Putri diikuti oleh 5 Kompetitor, Santri SMPIT a.n Aulia Siva tampil tapi harus buka jilbab, kita protes karena dua karateka sebelumnya boleh, dijawab yg tadi harusnya tdk boleh,boleh pake Jilbab kerpus yg kelihatan lehernya ( panitia yg nangani ananda auliya berbeda dg yg nangani dua atlit sebelumnya. Melalui offisial simpe ozan kami protes utk disampaikan ke panitia, tetapi hasilnya tetap tdk boleh.
5.    Ketika hendak memasuki TATAMI 2 wasit meminta ananda Aulia utk memakai hijab kerpus yg kelihatan lehernya.
6.    Wasit kemudian dipanggil Arbitrator (Pengawas Pertandingan TATAMI 2), untuk tetap melanjutkan pertandingan dan Arbitrator tsb memperbolehkan Ananda Aulia Siva memakai hijab sesuai syar’i.(bersi mereka adalah jilbab kerpus kelihatan lehernya.
7.    Ketika wasit ingin melanjutkan pertandingan dan memanggil Ananda Aulia Siva, Salah seorang Juri menyatakan keberatan
8.    Sehingga Tim Official (Ozan) ditemani Ust Faris berusaha meyakinkan pihak wasit maupun juri bahwa pada pertandingan sebelumnya(Kelas + 35 Kg Kumite Perorangan Putri) tidak mempermasalahkan hijab. Tapi panitia/yuri tetap tdk boleh lalu kami putuskan mundur dr laga.
(Perlu diketahui bahwa Kakak dari Ozan (Pelatih SMPIT) yang juga atlet INKANAS Jakarta tetap memakai hijab syar’i di dalam setiap pertandingan)
Wasit pada pertandingan tsb berasal dari FORKI dimana merupakan kumpulan dari beberapa perguruan.

0 Response to "MIRIS : HAMPIR AKU TAK PERCAYA SEDANG BERADA DI NEGERI MAYORITAS MUSLIM"

Posting Komentar